Minggu, 10 Februari 2013

Tenganan yang menawan

Beberapa waktu lalu admin sempat jalan – jalan sambil melakukan penelitian ke salah satu Desa tertua di Bali yaitu desa Tenganan, sebenarnya desa tertua di bali bukan hanya desa tenganan ada juga Desa Trunyan, tapi berhubung admin jalan – jalannya ke Desa Tenganan jadi admin mau jelasin sedikit tentang desa tenganan.
Desa tenganan merupakan salah satu desa tertua di bali yang sering di kenal dengan nama Bali Aga Bali mula atau bali kuno, konon artinya adalah penduduk asli bali, sedangkan desa yang tidak termasuk bali aga adalah bukan penduduk bali asli tetapi keturunan india.
Desa tenganan terletak di ujung timur pulau dewata tepatnya di Kecamatan manggis, Kabupaten Karangasem, lokasinya berdekatan dengan pantai Candidasa. Untuk menuju desa tenganan jaraknya kira Рkira 60 KM dari kota denpasar melewati Jl. Bypass Ida Bagus Mantra lurus menuju Jl. Goa Lawah РPadangbai hingga sampai ke Candidasa. Jalan menuju ke desa masih tampak begitu asri, di tumbuhi rerumputan dan pepohonan di sepanjang jalan raya,belum ada caf̩ hotel maupun restoran di sana.
Desa tenganan kondisinya masih sangat tradisional, rumah – rumah penduduk arsitekturnya masih tradisional bahkan cenderung sama antara rumah yang satu dengan yang lain hanya ukurannya yang berbeda tergantung luas area pekarangan rumahnya, ini karena peraturan adat yang mengatur seperti itu, masyarakat di sana tahu dan mengerti tentang perkembangan jaman di luar namun mereka tetap mempertahankan tradisi budaya warisan leluhur mereka tanpa terpengaruh oleh perkembangan zaman. Mata pencaharian masyarakat desa tenganan adalah sebagai petani sebagian sebagai perajin dan penjual kerajinan tangan. Di desa tenganan ada beberapa kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat desa yang di jual kepada wisatawan yang berkunjung, seperti : Anyaman ata(sejenis rotan), tenun gringsing, telur lukis, dll. Kerajinan tangan yang paling terkenal adalah kain tenun gringsing. Kain tenun gringsing sudah ada sejak dulu. Dahulu pembuatan kain tenun gringsing memakan waktu yang sangat lama bisa sampai 2 tahun karena dalam pembuatannya harus melalui beberapa jenis upacara sebab kain ini dianggap sebagai kain yang suci, namun sekarang ketika kain gringsing banyak peminatnya kain gringsing dibuat dengan memakan waktu yang lebih singkat karena tidak melalui upacara. Tetapi hal tersebut bukan berarti kain gringsing tidak dianggap suci lagi, kain gringsing yang telah dibuat sejak dahulu tetap disimpan dan hanya digunakan pada upacara – upacara tertentu sedangkan kain yang dijual kepada wisatawan adalah kain yang baru dibuat. Kain gringsing memiliki beberapa motif dan warna seperti  merah, putih dan coklat. Dulu admin pernah mendengar isu bahwa warna merah pada kain gringsing dibuat dari dari darah manusia sehingga warnanya benar – benar alami dan bagus namun setelah ditanyakan pada salah satu narasumber di desa tersebut diklarifikasi bahwa warna merah tersebut berasal dari alam bukan dari darah manusia.
Satu lagi yang unik di desa Tenganan adalah di areal desa masyarakat memelihara kerbau yang dibiarkan bebas berkeliaran dan berinteraksi dengan warga maupun wisatawan, jujur saja admin awalnya takut tapi ternyata kerbau tersebut tidak galak dan tidak terlalu peduli dengan keberadaan manusia di sekitarnya.


Itulah pengalaman menarik admin dan kelompok jalan – jalan sekaligus melakukan penelitian di Desa Tenganan yang benar – benar menawan. Saran admin untuk pemerintah kabupaten Karangasem, semoga kedepanya bisa membangun jalan yang lebih lebar dan bagus untuk menuju desa Tenganan mengingat banyak wisatawan yang datang ke desa tersebut menggunakan sarana transportasi yang besar seperti bus pariwisata, dan semoga masyarakat Desa Tenganan tetap bisa mempertahankan kebudayaan dan adat istiadatnya sampai kapanpun tanpa menutup diri dari perkembangan zaman modern yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi pengunjung silahkan berkomentar, komentar anda adalah amal kebaikan yang akan dicatat oleh Tuhan YME.