Selasa, 02 April 2013

Tradisi itu telah kembali

Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Karangasem sebuah kabupaten di ujung  timur pulau Bali memiliki berbagai macam tradisi yang ada di masing – masing desa dengan jenis yang beragam, misalnya desa Tenganan dengan megeret pandan, desa Seraya dengan gebug ende, desa Jasri dengan ter – teran dan masih banyak lagi. Namun kali ini admin akan bahas satu tradisi yang ada di desa asal admin, sebuah desa yang belum terlalu dikenal oleh orang banyak yaitu Desa Bukit, desa Bukit merupakan sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Lempuyang terbagi menjadi beberapa banjar.

Nah tradisi apakah yang ada di desa Bukit penasaran kan?

Tradisi yang ada di Desa Bukit adalah tradisi Nyegara Gunung yaitu sebuah rangkaian upacara melakukan persembahyangan menghaturkan panca pala atau buah - buahan ke Pura Lempuyang Luhur dan melasti ke Pantai Ujung sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas hasil panen berupa buah – buahan yang diperoleh oleh masyarakat desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Tradisi ini telah berjalan sejak dulu namun sempat dihentikan sejak 20 tahun lalu entah apa penyebabnya, namun pada tahun 2013 tepatnya pada sasih kedasa tradisi ini kembali dilakukan berkat gagasan dari perangkat desa Bukit dan dukungan dari masyarakat. Rangkaian upacaranya adalah pada tanggal 24 maret 2013 melakukan persembahyangan ke Pura Lempuyang Luhur yang diikuti oleh ratusan masyarakat dari beberapa banjar di Desa Bukit yakni banjar Bukit Kaler, Bukit Kelod, Celuk, Kebon Bukit, Batugunung, Jumenang dan Sekargunung. Perjalanan dimulai dari Pura Bukit diiringi baleganjur dari anak – anak pasraman Widya Guna Shanti Bukit menuju pura Penataran Lempuyang Luhur, pura Pasar Agung dan akhirnya tiba di Pura Lempuyang Luhur.
                 
 Enam hari berselang, pada tanggal 30 maret 2013 acara dilanjutkan dengan melasti ke Pantai Ujung yang juga diikuti ratusan orang dari beberapa banjar yang telah disebutkan diatas namun kali ini yang berpartisipasi jauh lebih banyak. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki dari Pura Bukit menuju Pura Bagus lalu dilanjutkan ke Pantai Ujung dengan diiringi 3 kelompok baleganjur dari Pasraman Widya Guna Shanti Bukit, Banjar Kebon Bukit dan Banjar Jumenang, acara ini juga dihadiri oleh bupati Karangasem, beliau sangat mengapresiasi tradisi yang diadakan  ini. Ada satu kejadian yang cukup membuat warga kaget saat tengah duduk di pantai untuk melakukan persembahyangan yaitu air laut pasang cukup tinggi hingga membuat sesajen yang dihaturkan para warga banyak yang hanyut terbawa gelombang air laut. Komentar beragam pun muncul setelah kejadian ini, ada yang mengatakan “kenak Ida Bhatara bes mara jani bin nyidaang ada acara kene”, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah Para Dewa merasa senang karena tradisi ini dapat dilakukan lagi setelah 20 tahun tak pernah dilakukan. Namun kejadian tersebut tak membuat upacara ini terganggu, persembahyangan tetap dilaksanakan dengan hikmat hingga usai, ketika persembahyangan usai para warga diangkut pulang ke desa menggunakan truk meski menggunakan truk keselamatan tetap terjaga.

Kedepanya Bupati Karangasem telah berjanji akan segera membangun pemecah ombak yang lebih tinggi di pantai ini untuk mengantisipasi gelombang pasang terjadi, Bupati juga merespon usulan dari Ketua Panitia pelaksana kegiatan ini untuk menjadikan tradisi ini sebagai atraksi wisata yang dapat dilakukan setiap tahun mengingat lokasinya dekat dengan Taman Soekasada Ujung, sehingga kedepannya diharapkan wisatawan akan semakin banyak berkunjung untuk melihat tradisi ini.

Admin sangat berharap semua itu dapat terealisasi agar tradisi tetap dapat dipertahankan dan  perkembangan pariwisata di Karangasem semakin bagus, atraksi wisatanya semakin beragam wisatawan semakin banyak datang dan pendapatan asli daerah Karangasem semakin meningkat yang nantinya dapat berdampak pada kesejahteraan warga Karangasem. Dan satu hal yang tak kalah penting adalah Desa Bukit semakin dikenal oleh orang banyak karena keunikan tradisi yang dimiliki.

Ini dia beberapa gambar yang dapat admin tunjukkan :



 






Nb :
            Baleganjur      = seperangkat alat musik tradisional
           Pasraman        = kelompok belajar agama dan budaya yang diikuti oleh anak – anak,
                                         hampir      mirip dengan pesantren.
            Sasih              = bulan dalam kalender Bali
            Sasih Kedasa  = bulan ke sepuluh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi pengunjung silahkan berkomentar, komentar anda adalah amal kebaikan yang akan dicatat oleh Tuhan YME.