Minggu, 26 Mei 2013

Karangasem Seightseeing full day tour


Ini contoh itinerary  yang admin buat untuk tugas kuliah. Dan admin bagikan di sini.

Essay Style :
Sarapan pagi di Candi Beach Cottages Candidasa lalu memulai perjalanan menuju Pantai Pasir putih di desa Perasi Karangasem untuk menikmati indahnya pantai yang dihiasi pasir putih, suasananya yang nyaman jauh dari keramaian karena pantai ini tersembunyi di antara dua tebing di desa Perasi. Perjalanan selanjutnya menuju Taman Soekasada Ujung Karangasem yang terletak di Desa Tumbu, tempat ini menyuguhkan keindahan bangunan kuno dengan perpaduan arsitektur Eropa dan Bali, keadaan alam pun sangat nyaman karena merupakan perpaduan keindahan gunung lempuyang yang hijau yang bisa dilihat disebelah utara dan pantai ujung di sebelah selatan taman ini.
Setelah menikmati keindahan Taman Soekasada Ujung kita akan berbelanja di Hardys Mall untuk membeli berbagai macam barang yang diinginkan serta membeli oleh – oleh khas Bali. Untuk makan siang akan disediakan di Pondok Mina di Jalan Untung Surapati Amlapura, yang terkenal dengan produk olahan ikan gurame dengan bumbu khas karangasem.
Perjalanan akan dilanjutkan menuju Desa Sibetan, Bebandem, Karangasem yang terkenal dengan agrowisatanya. Di desa tersebut merupakan desa penghasil buah salak terbesar di Kabupaten Karangasem,di sini kita dapat melihat berbagai jenis varietas salak unggulan seperti salak nenas dan salak gula pasir, kondisi alam di sini pun sangat sejuk. Perjalanan ke Desa Sibetan merupakan program terakhir dalam rangkaian tour ini, setelah dari desa Sibetan kita langsung kembali menuju Candi Beach Cottages Candidasa.






Tabulated Style :
Time
Place
Itinerary
Remarks
07.00
Hotel
Sarapan Pagi

08.00
Dalam perjalanan
Menuju pantai Pasir Putih
By bus
8.30
Pantai Pasir Putih
Tiba di Pantai Pasir Putih untuk menikmati indahnya pantai yang dihiasi pasir putih, suasananya yang nyaman jauh dari keramaian karena pantai ini tersembunyi di antara dua tebing di desa Perasi
Ambil foto untuk dokumentasi, berjemur, menyelam, bermain layang – layang.
9.30
Dalam perjalanan
Menuju Taman Soekasada Ujung
By bus
10.00
Taman Soekasada Ujung
Tiba di Taman Soekasada Ujung, tempat ini menyuguhkan keindahan bangunan kuno dengan perpaduan arsitektur Eropa dan Bali, keadaan alam pun sangat nyaman karena merupakan perpaduan keindahan gunung lempuyang yang hijau yang bisa dilihat disebelah utara dan pantai ujung di sebelah selatan taman ini
Melihat kijang, bekeliling di kolam dengan menggunkan perahu karet, ambil foto untuk dokumentasi.
11.15
Dalam perjalanan
Menuju Hardys Mall
By bus
11.30
Hardys Mall
Berbelanja di Hardys Mall untuk membeli berbagai macam barang yang diinginkan serta membeli oleh – oleh khas Bali
Rekreasi dan membeli souvenir
12.30
Dalam perjalanan
Menuju Pondok Mina
By bus
12.45
Pondok Mina
Makan siang di Pondok Mina
Table services
14.00
Dalam Perjalanan
Menuju Desa Sibetan
By bus
15.00
Desa Sibetan
Tiba di Desa Sibetan desa penghasil buah salak terbesar di Kabupaten Karangasem,di sini kita dapat melihat berbagai jenis varietas salak unggulan seperti salak nenas dan salak gula pasir, kondisi alam di sini pun sangat sejuk.
Trekking, melihat proses memanen salak, mencicipi berbagai varietas salak.
16.45
Dalam perjalanan
Menuju Hotel
Tour selesai

Selasa, 02 April 2013

Tradisi itu telah kembali

Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Karangasem sebuah kabupaten di ujung  timur pulau Bali memiliki berbagai macam tradisi yang ada di masing – masing desa dengan jenis yang beragam, misalnya desa Tenganan dengan megeret pandan, desa Seraya dengan gebug ende, desa Jasri dengan ter – teran dan masih banyak lagi. Namun kali ini admin akan bahas satu tradisi yang ada di desa asal admin, sebuah desa yang belum terlalu dikenal oleh orang banyak yaitu Desa Bukit, desa Bukit merupakan sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Lempuyang terbagi menjadi beberapa banjar.

Nah tradisi apakah yang ada di desa Bukit penasaran kan?

Tradisi yang ada di Desa Bukit adalah tradisi Nyegara Gunung yaitu sebuah rangkaian upacara melakukan persembahyangan menghaturkan panca pala atau buah - buahan ke Pura Lempuyang Luhur dan melasti ke Pantai Ujung sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas hasil panen berupa buah – buahan yang diperoleh oleh masyarakat desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Tradisi ini telah berjalan sejak dulu namun sempat dihentikan sejak 20 tahun lalu entah apa penyebabnya, namun pada tahun 2013 tepatnya pada sasih kedasa tradisi ini kembali dilakukan berkat gagasan dari perangkat desa Bukit dan dukungan dari masyarakat. Rangkaian upacaranya adalah pada tanggal 24 maret 2013 melakukan persembahyangan ke Pura Lempuyang Luhur yang diikuti oleh ratusan masyarakat dari beberapa banjar di Desa Bukit yakni banjar Bukit Kaler, Bukit Kelod, Celuk, Kebon Bukit, Batugunung, Jumenang dan Sekargunung. Perjalanan dimulai dari Pura Bukit diiringi baleganjur dari anak – anak pasraman Widya Guna Shanti Bukit menuju pura Penataran Lempuyang Luhur, pura Pasar Agung dan akhirnya tiba di Pura Lempuyang Luhur.
                 
 Enam hari berselang, pada tanggal 30 maret 2013 acara dilanjutkan dengan melasti ke Pantai Ujung yang juga diikuti ratusan orang dari beberapa banjar yang telah disebutkan diatas namun kali ini yang berpartisipasi jauh lebih banyak. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki dari Pura Bukit menuju Pura Bagus lalu dilanjutkan ke Pantai Ujung dengan diiringi 3 kelompok baleganjur dari Pasraman Widya Guna Shanti Bukit, Banjar Kebon Bukit dan Banjar Jumenang, acara ini juga dihadiri oleh bupati Karangasem, beliau sangat mengapresiasi tradisi yang diadakan  ini. Ada satu kejadian yang cukup membuat warga kaget saat tengah duduk di pantai untuk melakukan persembahyangan yaitu air laut pasang cukup tinggi hingga membuat sesajen yang dihaturkan para warga banyak yang hanyut terbawa gelombang air laut. Komentar beragam pun muncul setelah kejadian ini, ada yang mengatakan “kenak Ida Bhatara bes mara jani bin nyidaang ada acara kene”, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah Para Dewa merasa senang karena tradisi ini dapat dilakukan lagi setelah 20 tahun tak pernah dilakukan. Namun kejadian tersebut tak membuat upacara ini terganggu, persembahyangan tetap dilaksanakan dengan hikmat hingga usai, ketika persembahyangan usai para warga diangkut pulang ke desa menggunakan truk meski menggunakan truk keselamatan tetap terjaga.

Kedepanya Bupati Karangasem telah berjanji akan segera membangun pemecah ombak yang lebih tinggi di pantai ini untuk mengantisipasi gelombang pasang terjadi, Bupati juga merespon usulan dari Ketua Panitia pelaksana kegiatan ini untuk menjadikan tradisi ini sebagai atraksi wisata yang dapat dilakukan setiap tahun mengingat lokasinya dekat dengan Taman Soekasada Ujung, sehingga kedepannya diharapkan wisatawan akan semakin banyak berkunjung untuk melihat tradisi ini.

Admin sangat berharap semua itu dapat terealisasi agar tradisi tetap dapat dipertahankan dan  perkembangan pariwisata di Karangasem semakin bagus, atraksi wisatanya semakin beragam wisatawan semakin banyak datang dan pendapatan asli daerah Karangasem semakin meningkat yang nantinya dapat berdampak pada kesejahteraan warga Karangasem. Dan satu hal yang tak kalah penting adalah Desa Bukit semakin dikenal oleh orang banyak karena keunikan tradisi yang dimiliki.

Ini dia beberapa gambar yang dapat admin tunjukkan :



 






Nb :
            Baleganjur      = seperangkat alat musik tradisional
           Pasraman        = kelompok belajar agama dan budaya yang diikuti oleh anak – anak,
                                         hampir      mirip dengan pesantren.
            Sasih              = bulan dalam kalender Bali
            Sasih Kedasa  = bulan ke sepuluh

Minggu, 10 Februari 2013

Tenganan yang menawan

Beberapa waktu lalu admin sempat jalan – jalan sambil melakukan penelitian ke salah satu Desa tertua di Bali yaitu desa Tenganan, sebenarnya desa tertua di bali bukan hanya desa tenganan ada juga Desa Trunyan, tapi berhubung admin jalan – jalannya ke Desa Tenganan jadi admin mau jelasin sedikit tentang desa tenganan.
Desa tenganan merupakan salah satu desa tertua di bali yang sering di kenal dengan nama Bali Aga Bali mula atau bali kuno, konon artinya adalah penduduk asli bali, sedangkan desa yang tidak termasuk bali aga adalah bukan penduduk bali asli tetapi keturunan india.
Desa tenganan terletak di ujung timur pulau dewata tepatnya di Kecamatan manggis, Kabupaten Karangasem, lokasinya berdekatan dengan pantai Candidasa. Untuk menuju desa tenganan jaraknya kira – kira 60 KM dari kota denpasar melewati Jl. Bypass Ida Bagus Mantra lurus menuju Jl. Goa Lawah – Padangbai hingga sampai ke Candidasa. Jalan menuju ke desa masih tampak begitu asri, di tumbuhi rerumputan dan pepohonan di sepanjang jalan raya,belum ada café hotel maupun restoran di sana.
Desa tenganan kondisinya masih sangat tradisional, rumah – rumah penduduk arsitekturnya masih tradisional bahkan cenderung sama antara rumah yang satu dengan yang lain hanya ukurannya yang berbeda tergantung luas area pekarangan rumahnya, ini karena peraturan adat yang mengatur seperti itu, masyarakat di sana tahu dan mengerti tentang perkembangan jaman di luar namun mereka tetap mempertahankan tradisi budaya warisan leluhur mereka tanpa terpengaruh oleh perkembangan zaman. Mata pencaharian masyarakat desa tenganan adalah sebagai petani sebagian sebagai perajin dan penjual kerajinan tangan. Di desa tenganan ada beberapa kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat desa yang di jual kepada wisatawan yang berkunjung, seperti : Anyaman ata(sejenis rotan), tenun gringsing, telur lukis, dll. Kerajinan tangan yang paling terkenal adalah kain tenun gringsing. Kain tenun gringsing sudah ada sejak dulu. Dahulu pembuatan kain tenun gringsing memakan waktu yang sangat lama bisa sampai 2 tahun karena dalam pembuatannya harus melalui beberapa jenis upacara sebab kain ini dianggap sebagai kain yang suci, namun sekarang ketika kain gringsing banyak peminatnya kain gringsing dibuat dengan memakan waktu yang lebih singkat karena tidak melalui upacara. Tetapi hal tersebut bukan berarti kain gringsing tidak dianggap suci lagi, kain gringsing yang telah dibuat sejak dahulu tetap disimpan dan hanya digunakan pada upacara – upacara tertentu sedangkan kain yang dijual kepada wisatawan adalah kain yang baru dibuat. Kain gringsing memiliki beberapa motif dan warna seperti  merah, putih dan coklat. Dulu admin pernah mendengar isu bahwa warna merah pada kain gringsing dibuat dari dari darah manusia sehingga warnanya benar – benar alami dan bagus namun setelah ditanyakan pada salah satu narasumber di desa tersebut diklarifikasi bahwa warna merah tersebut berasal dari alam bukan dari darah manusia.
Satu lagi yang unik di desa Tenganan adalah di areal desa masyarakat memelihara kerbau yang dibiarkan bebas berkeliaran dan berinteraksi dengan warga maupun wisatawan, jujur saja admin awalnya takut tapi ternyata kerbau tersebut tidak galak dan tidak terlalu peduli dengan keberadaan manusia di sekitarnya.


Itulah pengalaman menarik admin dan kelompok jalan – jalan sekaligus melakukan penelitian di Desa Tenganan yang benar – benar menawan. Saran admin untuk pemerintah kabupaten Karangasem, semoga kedepanya bisa membangun jalan yang lebih lebar dan bagus untuk menuju desa Tenganan mengingat banyak wisatawan yang datang ke desa tersebut menggunakan sarana transportasi yang besar seperti bus pariwisata, dan semoga masyarakat Desa Tenganan tetap bisa mempertahankan kebudayaan dan adat istiadatnya sampai kapanpun tanpa menutup diri dari perkembangan zaman modern yang positif.