Tradisi
merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat. Karangasem sebuah kabupaten di ujung timur pulau Bali memiliki berbagai macam
tradisi yang ada di masing – masing desa dengan jenis yang beragam, misalnya
desa Tenganan dengan megeret pandan, desa Seraya dengan gebug ende, desa Jasri
dengan ter – teran dan masih banyak lagi. Namun kali ini admin akan bahas satu
tradisi yang ada di desa asal admin, sebuah desa yang belum terlalu dikenal
oleh orang banyak yaitu Desa Bukit, desa Bukit merupakan sebuah desa yang
terletak di lereng Gunung Lempuyang terbagi menjadi beberapa banjar.
Nah
tradisi apakah yang ada di desa Bukit penasaran kan?
Tradisi
yang ada di Desa Bukit adalah tradisi Nyegara
Gunung yaitu sebuah rangkaian upacara melakukan persembahyangan
menghaturkan panca pala atau buah - buahan ke Pura Lempuyang Luhur dan melasti
ke Pantai Ujung sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas
hasil panen berupa buah – buahan yang diperoleh oleh masyarakat desa yang
mayoritas berprofesi sebagai petani. Tradisi ini telah berjalan sejak dulu
namun sempat dihentikan sejak 20 tahun lalu entah apa penyebabnya, namun pada
tahun 2013 tepatnya pada sasih kedasa tradisi ini kembali dilakukan berkat
gagasan dari perangkat desa Bukit dan dukungan dari masyarakat. Rangkaian
upacaranya adalah pada tanggal 24 maret 2013 melakukan persembahyangan ke Pura
Lempuyang Luhur yang diikuti oleh ratusan masyarakat dari beberapa banjar di
Desa Bukit yakni banjar Bukit Kaler, Bukit Kelod, Celuk, Kebon Bukit,
Batugunung, Jumenang dan Sekargunung. Perjalanan dimulai dari Pura Bukit
diiringi baleganjur dari anak – anak pasraman Widya Guna Shanti Bukit menuju
pura Penataran Lempuyang Luhur, pura Pasar Agung dan akhirnya tiba di Pura
Lempuyang Luhur.
Enam
hari berselang, pada tanggal 30 maret 2013 acara dilanjutkan dengan melasti ke
Pantai Ujung yang juga diikuti ratusan orang dari beberapa banjar yang telah
disebutkan diatas namun kali ini yang berpartisipasi jauh lebih banyak. Perjalanan
dimulai dengan berjalan kaki dari Pura Bukit menuju Pura Bagus lalu dilanjutkan
ke Pantai Ujung dengan diiringi 3 kelompok baleganjur dari Pasraman Widya Guna
Shanti Bukit, Banjar Kebon Bukit dan Banjar Jumenang, acara ini juga dihadiri
oleh bupati Karangasem, beliau sangat mengapresiasi tradisi yang diadakan ini. Ada satu kejadian yang cukup membuat
warga kaget saat tengah duduk di pantai untuk melakukan persembahyangan yaitu
air laut pasang cukup tinggi hingga membuat sesajen yang dihaturkan para warga
banyak yang hanyut terbawa gelombang air laut. Komentar beragam pun muncul
setelah kejadian ini, ada yang mengatakan “kenak Ida Bhatara bes mara jani bin
nyidaang ada acara kene”, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
artinya adalah Para Dewa merasa senang karena tradisi ini dapat dilakukan lagi
setelah 20 tahun tak pernah dilakukan. Namun kejadian tersebut tak membuat upacara ini terganggu, persembahyangan tetap dilaksanakan dengan hikmat hingga usai, ketika persembahyangan usai para warga diangkut pulang ke desa menggunakan truk meski menggunakan truk keselamatan tetap terjaga.
Kedepanya
Bupati Karangasem telah berjanji akan segera membangun pemecah ombak yang lebih tinggi di pantai ini untuk mengantisipasi gelombang pasang terjadi, Bupati juga
merespon usulan dari Ketua Panitia pelaksana kegiatan ini untuk menjadikan
tradisi ini sebagai atraksi wisata yang dapat dilakukan setiap tahun mengingat
lokasinya dekat dengan Taman Soekasada Ujung, sehingga kedepannya diharapkan
wisatawan akan semakin banyak berkunjung untuk melihat tradisi ini.
Admin
sangat berharap semua itu dapat terealisasi agar tradisi tetap dapat
dipertahankan dan perkembangan
pariwisata di Karangasem semakin bagus, atraksi wisatanya semakin beragam
wisatawan semakin banyak datang dan pendapatan asli daerah Karangasem semakin
meningkat yang nantinya dapat berdampak pada kesejahteraan warga Karangasem. Dan
satu hal yang tak kalah penting adalah Desa Bukit semakin dikenal oleh orang
banyak karena keunikan tradisi yang dimiliki.
Ini dia beberapa gambar yang dapat admin tunjukkan :
Nb
:
Baleganjur = seperangkat alat musik
tradisional
Pasraman = kelompok belajar agama
dan budaya yang diikuti oleh anak – anak,
hampir mirip dengan pesantren.
hampir mirip dengan pesantren.
Sasih = bulan dalam kalender Bali
Sasih Kedasa = bulan ke sepuluh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi pengunjung silahkan berkomentar, komentar anda adalah amal kebaikan yang akan dicatat oleh Tuhan YME.