Beberapa waktu lalu admin sempat jalan – jalan sambil
melakukan penelitian ke salah satu Desa tertua di Bali yaitu desa Tenganan,
sebenarnya desa tertua di bali bukan hanya desa tenganan ada juga Desa Trunyan,
tapi berhubung admin jalan – jalannya ke Desa Tenganan jadi admin mau jelasin
sedikit tentang desa tenganan.
Desa tenganan merupakan salah satu desa tertua di bali yang
sering di kenal dengan nama Bali Aga Bali mula atau bali kuno, konon artinya
adalah penduduk asli bali, sedangkan desa yang tidak termasuk bali aga adalah
bukan penduduk bali asli tetapi keturunan india.
Desa tenganan terletak di ujung timur pulau dewata tepatnya
di Kecamatan manggis, Kabupaten Karangasem, lokasinya berdekatan dengan pantai
Candidasa. Untuk menuju desa tenganan jaraknya kira – kira 60 KM dari kota
denpasar melewati Jl. Bypass Ida Bagus Mantra lurus menuju Jl. Goa Lawah –
Padangbai hingga sampai ke Candidasa. Jalan menuju ke desa masih tampak begitu
asri, di tumbuhi rerumputan dan pepohonan di sepanjang jalan raya,belum ada
café hotel maupun restoran di sana.
Desa tenganan kondisinya masih sangat tradisional, rumah –
rumah penduduk arsitekturnya masih tradisional bahkan cenderung sama antara
rumah yang satu dengan yang lain hanya ukurannya yang berbeda tergantung luas
area pekarangan rumahnya, ini karena peraturan adat yang mengatur seperti itu,
masyarakat di sana tahu dan mengerti tentang perkembangan jaman di luar namun
mereka tetap mempertahankan tradisi budaya warisan leluhur mereka tanpa
terpengaruh oleh perkembangan zaman. Mata pencaharian masyarakat desa tenganan
adalah sebagai petani sebagian sebagai perajin dan penjual kerajinan tangan. Di
desa tenganan ada beberapa kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat desa
yang di jual kepada wisatawan yang berkunjung, seperti : Anyaman ata(sejenis
rotan), tenun gringsing, telur lukis, dll. Kerajinan tangan yang paling
terkenal adalah kain tenun gringsing. Kain tenun gringsing sudah ada sejak dulu.
Dahulu pembuatan kain tenun gringsing memakan waktu yang sangat lama bisa sampai
2 tahun karena dalam pembuatannya harus melalui beberapa jenis upacara sebab
kain ini dianggap sebagai kain yang suci, namun sekarang ketika kain gringsing
banyak peminatnya kain gringsing dibuat dengan memakan waktu yang lebih singkat
karena tidak melalui upacara. Tetapi hal tersebut bukan berarti kain gringsing
tidak dianggap suci lagi, kain gringsing yang telah dibuat sejak dahulu tetap
disimpan dan hanya digunakan pada upacara – upacara tertentu sedangkan kain
yang dijual kepada wisatawan adalah kain yang baru dibuat. Kain gringsing
memiliki beberapa motif dan warna seperti
merah, putih dan coklat. Dulu admin pernah mendengar isu bahwa warna
merah pada kain gringsing dibuat dari dari darah manusia sehingga warnanya
benar – benar alami dan bagus namun setelah ditanyakan pada salah satu
narasumber di desa tersebut diklarifikasi bahwa warna merah tersebut berasal
dari alam bukan dari darah manusia.
Satu lagi yang unik di desa Tenganan adalah di areal desa
masyarakat memelihara kerbau yang dibiarkan bebas berkeliaran dan berinteraksi
dengan warga maupun wisatawan, jujur saja admin awalnya takut tapi ternyata
kerbau tersebut tidak galak dan tidak terlalu peduli dengan keberadaan manusia
di sekitarnya.
Itulah pengalaman menarik admin dan kelompok jalan – jalan sekaligus
melakukan penelitian di Desa Tenganan yang benar – benar menawan. Saran admin untuk
pemerintah kabupaten Karangasem, semoga kedepanya bisa membangun jalan yang
lebih lebar dan bagus untuk menuju desa Tenganan mengingat banyak wisatawan
yang datang ke desa tersebut menggunakan sarana transportasi yang besar seperti
bus pariwisata, dan semoga masyarakat Desa Tenganan tetap bisa mempertahankan
kebudayaan dan adat istiadatnya sampai kapanpun tanpa menutup diri dari
perkembangan zaman modern yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi pengunjung silahkan berkomentar, komentar anda adalah amal kebaikan yang akan dicatat oleh Tuhan YME.